zhorvans.net – Selalu Bersyukur
Salah satu tokoh motivasi pernah berkata, baik secara live maupun via tulisan … Kalimatnya kurang lebih begini, “Burung bahagia jadi burung, pohon bahagia jadi pohoon … tapi mengapa banyak manusia, tidak bahagia jadi manusia” …
Bagi saya, kalimat guru saya itu sangat meneduhkan … Dalam sekali maknanya … Iya ya … Mengapa saya tidak bahagia jadi manusia? … Kalimat itu menyadarkan saya … Saat saya sedang dikepung rasa tidak bahagia …
Tapi, ada beberapa orang berkomentar, dengan cara berbeda … Mereka mempertanyakan, “darimana tahu burung bahagia jadi burung, pohon bahagia jadi pohon? … ngaco tuh … hanya asumsi yang tidak masuk akal …”
Begini … Kalimat sebijaksana apapun, letak kebijaksanaannya, bukan pada kalimatnya … Tapi terletak pada si pembacanya … Sama dengan ayat suci dalam kitab suci … Kesucian sebenarnya, bukan terletak pada ayatnya, bukan pada kitabnya, tapi terletak pada si pembaca ayatnya ..
Bagi yang pikirannya rumit, kalimat sebijaksana apapun, ayat suci seindah apapun, tidak akan mampu mendamaikan hati mereka …
Namun, bagi orang yang sudah tercerahkan, hanya sekedar kicauan burung pun, hanya pepohonan rindang pun, sudah cukup untuk memicu hadirnya kebahagiaan dan merasakan kehadiran Tuhan …
Di sini admin umpamakan selalu bersyukur ini dalam sebuah cerita. Alkisah ada seekor gagak yang tinggal di hutan merasa sangat puas dengan hidupnya. Pada suatu hari dia melihat seekor Angsa dengan bulu yang sangat putih, lalu dia berpikir bahwa Angsa ini pasti burung yang paling bahagia di dunia.
Lalu di sampaikan pikirannya ini pada si Angsa. Jawab si Angsa, “Dulu aku juga berpikir akulah burung yang paling bahagia di dunia ini, sampai aku ketemu Betet yang punya bulu dua warna. Sekarang aku pikir Betetlah burung yang paling bahagia sedunia”
Lalu burung Gagak mendekati Betet dan si Betet menjawab, “Sebelumnya saya hidup dengan sangat bahagia sampai saya melihat burung Merak. Saya hanya punya bulu dgn 2 warna, tapi Merak punya bulu yg warna warni”
Gagakpun menemui Merak dan berkata, “Merak, kamu sangat cantik, setiap hari ribuan orang datang ingin melihatmu. Benar, kamu adalah burung yang paling bahagia sedunia”
Jawab Merak, “Saya dulu juga berpikir bahwa saya burung yang paling cantik dan bahagia dibumi ini. Justru karena kecantikanku ini saya jadi dikurung dikebun binatang.
Saya sudah perhatikan dgn seksama, dan saya menyadari bahwa hanya Burung Gagak yang tidak dimasukkan ke sangkar. Aku berpikir bahwa kalau saja aku jadi burung Gagak pasti bahagia dan bebas pergi kemanapun”
Itukah problem kita semua…?
Kita bandingkan diri kita dengan orang lain yang sebenarnya tidak perlu dan karenanya kita menjadi sedih. Kita kurang menghargai apa yang sudah Alloh berikan.
Belajar bahagia adalah menghargai apa yang kita punya, bukan menyesali yang kita tdk punya. Selalu akan ada orang yang punya lebih banyak atau lebih sedikit dari kita.
So, berhentilah membandingkan diri dengan orang lain dan mulailah selalu bersyukur buat apa yang ada dalam hidup kita. Disitulah kebahagiaan sesungguhnya.
Salah satu tokoh motivasi pernah berkata, baik secara live maupun via tulisan … Kalimatnya kurang lebih begini, “Burung bahagia jadi burung, pohon bahagia jadi pohoon … tapi mengapa banyak manusia, tidak bahagia jadi manusia” …
Bagi saya, kalimat guru saya itu sangat meneduhkan … Dalam sekali maknanya … Iya ya … Mengapa saya tidak bahagia jadi manusia? … Kalimat itu menyadarkan saya … Saat saya sedang dikepung rasa tidak bahagia …
Tapi, ada beberapa orang berkomentar, dengan cara berbeda … Mereka mempertanyakan, “darimana tahu burung bahagia jadi burung, pohon bahagia jadi pohon? … ngaco tuh … hanya asumsi yang tidak masuk akal …”
Begini … Kalimat sebijaksana apapun, letak kebijaksanaannya, bukan pada kalimatnya … Tapi terletak pada si pembacanya … Sama dengan ayat suci dalam kitab suci … Kesucian sebenarnya, bukan terletak pada ayatnya, bukan pada kitabnya, tapi terletak pada si pembaca ayatnya ..
Bagi yang pikirannya rumit, kalimat sebijaksana apapun, ayat suci seindah apapun, tidak akan mampu mendamaikan hati mereka …
Namun, bagi orang yang sudah tercerahkan, hanya sekedar kicauan burung pun, hanya pepohonan rindang pun, sudah cukup untuk memicu hadirnya kebahagiaan dan merasakan kehadiran Tuhan …
Di sini admin umpamakan selalu bersyukur ini dalam sebuah cerita. Alkisah ada seekor gagak yang tinggal di hutan merasa sangat puas dengan hidupnya. Pada suatu hari dia melihat seekor Angsa dengan bulu yang sangat putih, lalu dia berpikir bahwa Angsa ini pasti burung yang paling bahagia di dunia.
Lalu di sampaikan pikirannya ini pada si Angsa. Jawab si Angsa, “Dulu aku juga berpikir akulah burung yang paling bahagia di dunia ini, sampai aku ketemu Betet yang punya bulu dua warna. Sekarang aku pikir Betetlah burung yang paling bahagia sedunia”
Lalu burung Gagak mendekati Betet dan si Betet menjawab, “Sebelumnya saya hidup dengan sangat bahagia sampai saya melihat burung Merak. Saya hanya punya bulu dgn 2 warna, tapi Merak punya bulu yg warna warni”
Gagakpun menemui Merak dan berkata, “Merak, kamu sangat cantik, setiap hari ribuan orang datang ingin melihatmu. Benar, kamu adalah burung yang paling bahagia sedunia”
Jawab Merak, “Saya dulu juga berpikir bahwa saya burung yang paling cantik dan bahagia dibumi ini. Justru karena kecantikanku ini saya jadi dikurung dikebun binatang.
Saya sudah perhatikan dgn seksama, dan saya menyadari bahwa hanya Burung Gagak yang tidak dimasukkan ke sangkar. Aku berpikir bahwa kalau saja aku jadi burung Gagak pasti bahagia dan bebas pergi kemanapun”
Itukah problem kita semua…?
Kita bandingkan diri kita dengan orang lain yang sebenarnya tidak perlu dan karenanya kita menjadi sedih. Kita kurang menghargai apa yang sudah Alloh berikan.
Belajar bahagia adalah menghargai apa yang kita punya, bukan menyesali yang kita tdk punya. Selalu akan ada orang yang punya lebih banyak atau lebih sedikit dari kita.
So, berhentilah membandingkan diri dengan orang lain dan mulailah selalu bersyukur buat apa yang ada dalam hidup kita. Disitulah kebahagiaan sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar